Senin, 04 Januari 2016

Ku ingin bercerita tentang kehidupan ku.
            ketika aku masih kecil sekitar umur 7 tahun ibuku sedang sakit keras, ibuku di obatkan kemana-mana tetapi dia tak lekas sembuh dari sakit nya. Dan pada hari itu ibuku telah meninggal dunia, aku sangat sedih karna ia telah meninggalkan keluaga kecilnya itu.
Sejak itu ayahku selalu murung tak pernah mau berbaur kepada orang lain, ayahku masih trauma dengan apa yang terjadi.
             Hari demi hari kita lewati ayah ku sudah mulai mau keluar dari rumah untuk kerja mencari uang. Setelah ditinggal seorang ibu hidup kami sangat kesepian, merasa terbebani dengan semua apa yang terjadi. Tetapi aku dan ayahku menyadari bahwa itu semua ujian dari Tuhan yang diberikan kepada kami.
             Beberapa Tahun kemuadian ayahku sudah mulai bisa melupakan sosok ibuku, dan akhirnya dia menikah dengan janda yang mempunyai anak satu.
Sebenarnya pada saat itu aku tak pernah setuju dengan apa yang diinginkan oleh ayahku, tapi apa boleh buat aku juga kasian dengan ayahku, takpernah ada yang mencucikan bajunya atau membuatkan sarapan pagi untuknya sehingga dengan berat hati aku menyutujui keputusan itu.
             Hari pertama diriku mempunyai sosok seorang ibu hati ku agak mulai berbeda dari hari-hari kemarin, hati ku gembira karna dia baik tetapi jangan salah dulu baru hari pertama.
Ternyata pada hari-hari berikutnya perasaan ku sudah mulai beda dengan hari pertama ibu tiri ku mulai garang, saat-saat itulah aku merasa bahwa  mempunyai seorag ibu tiri itu sangatlah menusuk hati.
Semenjak ayahku menikah kasih sayang nya kepada ku mulai pudar secara perlahan, hal itu membuat ku sangat sedih. Dia sudah jarang mengajak ku ngobrol dan ia sudah tak pernah lagi perhatian dengan ku. Aku slalu bertanya kepada Tuhan apakah ini cobaan lagi untuk ku?
              Terkadang aku selalu iri kepada teman-teman ku karna mereka memiliki keluarga yang harmonis. Aku selalu mengintip dari jendela rumah ku bahwa teman-teman ku sedang bercandaan kepada orang tua nya, aku merasa sedih aku selalu meneteskan air mata jika melihat teman-teman ku bahagia.
Hatiku berkata "Apakah aku bisa memiliki keluarga seperti itu?" Sampai sekarang pertanyaan itu sudah terjawab bahwa aku tak biasa memiliki keluarga yang harmonis.
              Selama aku hidup dengan ibu tiri diriku juga mempunyai konflik-konflik yang menguras air mata. Aku masih ingat ketika aku dituduh oleh ayahku sendiri bahwa aku mencuri gelang emas dari ibu tiri ku itu. Aku tak pernah habis pikir bahwa ayahku begitu tega menuduh diri ku yang mencuri gelang itu. Padahal sebelum dirinya menikah kepada perempuan itu kan tidak pernah ada barang yang hilang sekecil pun.
Pada hari itu juga aku dipanggi kerumah tante ku, ketika aku disana ayahku bertanya kepada ku.

"Apakah kamu yang mencuri gelang ibu mu?;"
       Aku pun kaget dengan perkataan itu. "Gelang apa?;Aku tak pernah tau menau tentang gelang itu yah!!"
 "Buakan nya ayah menuduhmu, tetapi ayah hanya memastikan saja!!"
              "Tetapi bukan aku yang mencuri gelang itu;"
Aku sangat merasa terpukul dengan perkataan itu, sehingga aku tak sanggup untuk membendung air mata. Akupun menangis pilu, dan ayahku juga meneteskan air mata sambil berkata.
"Jika kamu memang bukan yang mengambil gelang itu, coba kamu membantu untuk menyari itu?"
aku hanya berkata "iya!!"
            Hati ku berkata "Untuk apa aku dilahirkan kedunia ini jika aku di didik untuk mengambil barang orang yang bukan hak ku?"
Sampai sekarang aku tak pernah lupa konflik tersebut, sebenarnya masih banyak konflik-konflik yang terjadi pada kehidupan ku.
Maka dari itulah kalian yang masih mempunya orang tua yang utuh, jangan pernah menyia-nyiakan nya. Buatlah mereka bangga, bentuklah keluarga yang harmonis, jika salah satu orang tua mu sudah tidak ada kalian baru merasakan apa yang diriku rasakan.




 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | LunarPages Coupon Code